Nama : VegaKirana
NIM :L2D009032
Blog : vega.kiranaplano@gmail.com
REVIEW PERKEMBANGAN ARSITEKTUR KOTA KEDIRI
Dari segi geografis kota diartikan sebagai suatu sistim jaringan kehidupan yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strataekonomi yang heterogen dan bercorak materialistis atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corakkehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah dibelakangnya (Bintarto).
Kota Kediri merupakan sebuah kota yang berada di Jawa Timur, berjarak ±128km dari Surabaya. Kota Kediri dengan luas wilayah 63,40 Km2 terbelah sungai Brantas yang membujur dari Selatan ke Utara sepanjang 7 Km. Terdapat 2 gunung di Kediri yakni Gunung Klotok dan Gunung Maskumambang.
Kota Kediri berawal dari sebuah Kerajaan Kadiri, namun kemudian dipilah menjadi dua kerajaan yaitu Kerajaan Jenggala dan Kerajaan Panjalu. Pada masa kejayaannya di Kediri terdapat raja yang sangat terkenal, yaitu Jayabaya dengan karyanya berupa ramalan Jangka Jayabaya. Namun perlahan Kerajaan Kediri ini menjadi hancur oleh serangan kerajaan Singosari. Terlihat bahwa sejak jaman kerajaan dahulu. Sebagai suatu kerajaan, Kediri bermula dari kegiatan perdagangan yang ada di sekitar sungai Brantas, disinilah perekonomian dan peradaban masyarakat Kediri muncul. Pada masanya Kerajaan Kediri memiliki peran sebagai kerajaan maritime yang besar di Jawa Timur dan menguasai daerah perairan di Jawa Timur.
Tidak seperti pada masa kerajaan dulu, sebagai suatu kota modern, Kediri memiliki tujuan sebagai trading city atau kota perdagangan. Di daerah tersebut didirikan kawasan-kawasan perniagaan agar dapat mendatangkan investasi bagi kota Kediri, seperti pasar swalayan (Sri Ratu,Golden Swalayan, dan Dhoho Plasa,Alun-Alun)dan Kediri Mall yang sedang dibangun, transportasi dan biro wisata. Selain itu terdapat pula SLG(Simpang Lima Gumul) yang menjadi pusat perdagangan di Kediri. Di kawasan SLG ini terdapat monumen SLG yang menjadi ciri khas kota Kediri dengan bentuknya yang menyerupai Monumen L’Arch de Triomphe di Prancis. Monumen itu sendiri merupakan sebuah gedung pertemuan, minimarket, ruang diorama, dan mall (rencana). Selain berdirinya pusat perdagangan, Kediri juga memiliki industri besar berupa pabrik rokok Gudang Garam yang menopang perekonomian daerah itu.
Dilihat dari sejarahnya, perkembangan kota Kediri lebih condong menjadi kota perdagangan dan industri. Tidak seperti jaman kerajaan dulu, dimana yang menjadi sasaran atau tujuan suatu daerah adalah kekuasaan yang besar. Maka kota modern jaman sekarang ini memiliki tujuan sebagai kota yang perekonomiannya mapan sehingga kota-kota modern sekarang ini cenderung terlihat materialis.
Pembangunan beberapa pusat perbelanjaan di Kediri dan landmark berupa SLG tidak selalu memberi dampak positif bagi daerah tersebut. Pembangunan kawasan monumen SLG misalnya, justru dapat mengundang protes warga. Arsitektur bangunan monumen SLG yang menyerupai L’Arch de Triomphe di Prancis justru dapat menghilangkan ciri khas arsitektur bangunan asli Kediri. Kediri yang pada awalnya merupakan daerah kerajaan hindu seharusnya mempunyai bentuk arsitektur bangunan yang berbeda sama sekali dengan cirri arsitektur bangunan di Eropa. Sehingga landmark kota yang bergaya Eropa ini tidak terlalu cocok untuk sebuah daerah yang tidak memiliki berhubungan dengan Eropa. Alangkah baiknya jika gaya arsitektur kota Kediri ini lebih menyerupai candi atau bangunan-bangunan tradisional asli Kediri sehingga lebih memperlihatkan kekhasan kota itu sendiri dan tidak kehilangan jatidirinya.
Minggu, 05 September 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Assalamualaikum
BalasHapusKunjungan Pagi,
Senang bisa bertemu dengan orang sesama Semarang
^_^
Anak TEKIM ya?
waalaikumsalam
BalasHapusmaaf baru balas, aku anak planologi
seneng juga ketemu sesama semarang..cheers